PURING (Codiaeum variegatum)


KLASIFIKASI TANAMAN
Regnhum     : Plantae
Divisi              : Spermatophyta
Subdivisi      : Angiospermae
Class             : Dicotyledoneae
Ordo              : Euphorbiales
Family           : Euphorbiaceae
Genus           : Codiaeum
Spesies        : Codiaeum variegatum L.


DESKRIPSI TANAMAN
            Puring (Codiaeum variegatum L.) termasuk salah satu spesies famili Euphorbiaceae yang memiliki pertumbuhan bersemak dan banyak ditanam sebagai tanaman hias. Namun pemeliharaannya belum dilakukan secara intensif, baru ditanam sebagai tanaman pagar, pembatas tanah, tanaman pekuburan, dan tanaman hias yang ditanam begitu saja. Sebenarnya, tanaman ini memiliki keragaman warna dan bentuk daun, sehingga sangat potensial dijadikan tanaman penghias rumah atau sebagai elemen tanam.
Tanaman ini tumbuh dan tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. Hingga saat ini belum ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini. Menurut beberapa sumber pustaka, puring sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali ditemukan di kepulauan Maluku yang dimanfaatkan sebagai tanaman pagar atau pekuburan.
Di setiap daerah puring memiliki nama berbeda-beda. Di Sumatra dikenal dengan nama tarimas, siloastam (Batak), nasalan (Nias), Pudieng (Minangkabau, Lampung). Di jawa dikenal dengan nama puring (Sunda, Jawa), Karoton (Madura). Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama demung, puring (Bali), daun garida (Timor). Di kalimantan di kenal dengan nama uhung dan dolok. Di Sulawesi : dendiki (Sangir), Kejondon, Kalabambang, dudi, leleme, kelet, kedongdong disik (Minahasa), nuniki balano (Buol), balenga semangga (Makassar), dahengora, mendem (Manado). Di Maluku dikenal dengan nama susurite, salu-salu, fute, ai haru,sinsite, siri-siri (Seram), galiho, dahengaro, salubuto (Halmahera), dahengora, daliho (Ternate, Tidore).
Secara garis besar ada empat jenis puring, yaitu Meidum baill, Pictum hook, Croton pictus lood, dan phylovren lour. Jenis yang paling umum diperdagangkan adalah Croton. Varietas puring yang terkenal adalah puring nuri (C. variegatum ’Miami’), puring gelatik (C. variegatum ‘Belvalen’), puring ketapang (C. variegatum ‘Miami’), puring banci (C. variegatum ‘Imperialis), Poring bor (C. variegatum ‘Jan Bier), puring buntut ayam (C. variegatum ‘Majestic’), Puring jet (C. variegatum ‘exotica’), cactus tiang/petung (C. variegatum ‘Majestic’), dan cactus gendong (C. variegatum ‘Mac Art’).
Bentuk daun tanaman puring bervariasi, ada yang berbentuk pita yang panjangnya 5 cm – 30 cm, elips, oblong, bulat, hingga seperti ujung tombak. Permukaan daun ada yang rata, bergelombang, dan berpilin. Warna daun juga bervariasi, ada yang berwarna hijau tua polos dan ada pula yang memiliki lebih dari tiga macam warna dengan variasi hijau, coklat, merah, biru dan kuning. Coraknya ada yang berbintik-bintik, bergaris-garis, dan belang-belang. Daun dan tangkainya memiliki getah berwarna bening hingga putih. Bunga telanjang dengan benang sari yang banyak dan tersusun berangkai dalam satu tangkai bunga. Batang berkayu dan bergetah, tinggi mencapai 3 meter dan memiliki percabangan yang banyak.
Tanaman puring selain sebagai penghias pagar dan pekarangan rumah pucuk daun mudanya juga dapat dimanfaatkan sebagai lalapan (sayuran), tanaman hias, dan obat-obatan tradisional. Kegunaan penting, antara lain adalah sebagai berikut :
Ø      Akar dan kulit tanaman puring digunakan untuk menyamak kulit karena tanaman puring mengandung zat penyamak.
Ø      Air rebusan daun puring bias digunakan untuk memperlancar keluarnya keringat. Caranya, air rebusan tersebut digunakan untuk mandi. Jika diminum, air rebusan daun puring juga dapat membantu menurunkan panas badan karena demam.
Ø      Air rebusan daun puring jenis air mancur dapat digunakan untuk mencegah penyakit rajasinga.
Ø      Papagan kulit batang yang diseduh dengan air panas lalu diminum dapat mengurangi rasa sakit perut akibat diare.
SYARAT TUMBUH
            Tanaman puring di Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, dengan ketinggia mencapai 1.500 m dpl. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan cerah, puring menghendaki intensitas cahaya yang penuh dan temperatur udara berkisar 200 C – 350 C. Kebutuhan air tidak terlalu banyak sehingga tanaman puring dapat tumbuh di daerah-daerah yang agak kering dengan kelembaban udara sekitar 30% - 60%.
            Tanaman puring sering dijuluki tanaman kuburan. Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tidak memerlukan jenis tanah khusus. Puring tumbuh mulai tanah berat, lempung berpasir, hingga tanah ringan. Sebagai tanaman yang dibudidayakan, puring dapat ditanam dalam pot atau langsung di kebun terbuka. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang mengandung bahan organik, subur dan gembur, tata udara dan tata airnya baik, serta pH tanah berkisar 5 – 8.
HAMA TANAMAN
1.     Tungau (Tetranychus sp.)
Hama ini bersifat poliphag dan menyerang lebih dari 100 jenis tanaman. Tungau betina sekali bertelur kurang lebih 100 butir. Umur satu generasi mencapai 10 hari pada temperatur 300 C atau 22 hari pada temperatur 180 C. tungau aktif pada siang hari dan membuat benang-benang halus. Tungau dewasa berukuran 0,5 mm warnanya kuning pucat hingga kemerahan. Penyebaran tungau dapat terjadi karena angin yang menghembuskan hingga berhamburan, ikut bersama daun yang jatuh, melalui pakaian orang yang lewat didekatnya, alat pertanian, serangga. Hama ini menyerang tanaman pada musim kemarau yang ditandai dengan adanya bintik-bintik pucat dan banyak sarang pada daun. Serangan yang berat menyebabkan daun menggulung berwarna coklat, kemudian berguguran.
2.     Wereng putih (Empoasca sp.)
Serangga ini berwarna putih, bentuknya kecil, memiliki sepasang sayap berukuran 0,5 mm. hama ini terdapat di permukaan bawah daun menyerang tanaman hingga menimbulkan noda pada daun. Daun yang terserang berwarna coklat kemerahan seperti terbakar, tepi daun menggulung ke bawah kemudian mongering. Hama meletakkan telurnya di bagian bawah daun. Pengendalian hama ini dengan membakar daun-daun yang terserang hama atau tanaman yang diserang disemprot insektisida Tamaron, Decis, atau Matados dengan konsentrasi 0,2%.
3.     Thrips sp.
Hama ini berkembang pesat jika udara kering dan temperatursekitar 260 C – 280 C. panjangnya 1 mm – 2 mm, berwarna hitam, bertelur hingga 50 butir. Lama perkembangan mulai telur sampai dewasa sekitar 33 hari. Kebanyakan thrips bersifat parthenogenesis. Thrips menyerang dengan cara menghisap cairan dari permukaan hingga terjadi bercak berwarna putih seperti perak. Bercak tersebut akan berubah menjadi warna coklat, kemudian daun mati dan gugur. Serangan yang berat menyebabkan daun menjadi keriput seperti terserang virus. Pengendaliannya dengan cara menyemprot insektisida Decis 0,5 cc – 1 cc/liter ait atau Thiodan 2 cc/liter air.
PENYAKIT TANAMAN
1.     Penyakit Karat
Penyakit ini menyerang tanaman pada malam hari yang udaranya lembap, banyak hujan, dan berkabut. Serangan berat dapat menimbulkan bercak-bercak berwarna kecoklatan, kemudian daun mongering. Pengendaliannya dengan membuat Drainase media tanam agar air tidak menggenang, daun-daun yang terserang dipotong dan dibakar dan tanaman disemprot dengan fungisida Zineb 2%, atau Dithane M-45 sebanyak 2 – 3 gram/liter air.
2.     Lumut Kerak
Lumut ini menempel pada batang dan percabangan tanaman yang tidak terkena cahaya matahari. Serangannya tidak membahayakan, tetapi ganggu kebersihan dan penampilan tanaman karena batang dan percabangan tampak kotor. Pengendaliannya yaitu : (1) Bagian batang yang diserang dipangkas dan dibakar. Cahaya matahari diusahakan dapat menembus seluruh bagian tanaman. (2) Lumut pada batang dibersihkan dengan cara dikerok menggunakan pisau secara hati-hati, jangan sampai kulit batang terluka atau tergores. (3) Batang tanaman yang diserang diolesi dengan fungisida dengan menggunakan kuas, misalnya, Cobox, Zineb, Benlate dan Ridomil dengan konsentrasi 2%.


Radi, J.,1997. Puring. Kanisius: Yogyakarta.     
Previous
Next Post »